Selamat Datang Di Blog KAMPUNG TOGA dan Kami Ucapkan Terima Kasih Atas Kunjungan Anda, Semoga Dapat Bermanfaat

Jumat, 29 Maret 2013

Sejarah Singkat Kampung TOGA



Kampung Toga singkatan dari Kampung Tanaman Obat – obatan, terletak 3 km dari alun - alun Sumedang merupakan objek rekreasi keluarga dengan lingkungan pegunungan yang indah dan nyaman
yang cocok untuk pertemuan dan pesta. Bentangan alam dengan ketinggian yang berbeda menjadikan kawasan ini memiliki wisata yang beraneka ragam

A. Lokasi

Kampung Toga adalah kawasan wisata terpadu di Kota Sumedang yang terdiri berbagai macam fasilitas rekreasi dengan suasana pedesaan Jawa Barat yang cocok sebagai tempat keluarga bersantai dan menghabiskan waktu liburan. Kampung Toga disiapkan untuk kawasan wisata bewawasan lingkungan menuju kawasan hutan kota dengan berbagai fasilitas yang lengkap. Lokasi Kampung Toga Sekitar 2 Km dari pusat pemerintahan Kabupaten Sumedang dengan ketinggian 650 dpl koordinat S 06.52.35.1,E 107. 54.34.5 dengan nuansa perbukitan yang asri dan pemandangan kota Sumedang serta hamparan sawah dan sungai yang dapat dinikmati dengan wisata dirgantara yaitu paralayang dan gantole. Dari puncak bukit Toga terlihat hamparan pesawahan, perkebunan dengan panorama khas Parahiangan. Fasilitas yang tersedia di kampung Toga sangat beranekaragam, terdapat 20 Villa berbagai tipe, fasilitas kolam renang dewasa dan anak, restoran, dengan fasilitas lesehan, meeting room, ruang terbuka. Fasilitas outbond, kegiatan olah raga dirgantara, kebun buah-buahan, dan tanaman obat keluarga.

Pada awalnya pendirian lokasi ini diprakarsai oleh Drs. Samsudin, seorang Pegawai Negeri Sipil yang tinggal di Sumedang. Beliau berkeinginan untuk membedah daerah gersang dan kurang produktif yang berada di sekitar lereng perbukutan daerah Kabupaten Sumedang Jawa Barat untuk dijadikan kawasan wisata. Itulah awal gagasan yang terbersit pada tahun 1997 oleh Bapak yang gelar kesarjanaannya didapat dari Universitas Islam Nusantara Bandung jurusan Ekonomi Pembangunan. Menurutnya di Sumedang dirasakan masih sangat kurang adanya obyek wisata untuk dapat menarik pengunjung secara masal dalam satu tempat dengan segala fasilitas yang lengkap demi kepuasan para pengunjung. Konsep wisata inilah yang dapat dikembangkan sesuai dengan keberadaan kabupaten Sumedang yang kaya akan keanekaragaman seni dan bidaya serta alam pegunungan yang masih asri ditunjang dengan visi Kabupaten Sumedang menjadi daerah agro bisnis dan pariwisata serta misi pariwisata kabupaten Sumedang mewujudkan daerah pariwisata budaya dan pariwisata lingkungan.

B. Ciri Khas

Dengan moto One Stop Adventur, para pengunjung akan menikmati kegiatan beraneka ragam, baik kegiatan diudara, darat, maupun air. Di udara menikmati olahraga dirgantara berupa paralayang, dan gantole baik untuk pendidikan maupun untuk rekreasai, disini telah disiapkan trainer yang berlisensi untuk para sisiwa yang akan mengikuti pendidikan dan master Thundem untuk penumpang yang sekedar menikmati indahnya panorama kampung toga di udara. Di darat berupa rekreasi keluarga dengan menikati suasana alam pegunanungan, jalan-jalan dengan suasana pedesaan, naik sepeda gunung, untuk kegiatan outbond lengkap dengan segala fasilitas dan permainannya, tersedia aneka makanan dan minumanan ala parahiyangan, disajikan di saung lesehan dan restoran yang bernuansa alam terbuka. Di air ada kegiatan raffting atau arung jeram, kolam renang dewasa dan anak-anak dengan nuansa pegunungan.
Beragam ukuran dan model villa tersedia di kawasan wisata ini diantaranya tipe Flamboyan, Bugenville, Rose, Sedapmalem, Kenanga, Ayudia I, Ayudia II, Ayudia II, Mangangeke, Merpati, Nuri, Jalak, Elang, Soeniy, Anis, dan Kenari. Tentu dengan beragam rentang harga tipe paling murah adalah Kenanga dengan 1 kamar tidur 1 kamar mandi berbandrol harga Rp. 250.000,00. Sementara yang paling mahal berkisar Rp. 1.300.000,00. Dengan nama villa Ayudia III yang memeiliki fasilitas 3 kamar tidur dan 3 kamar mandi.
Selain menyediakan hunian sementara pihak obyek wisata ini pun menyediakan restoran dengan berbagai macam menu khas Sunda yakni nasi putih, ayam goreng, tahu tempe, sambel, gepuk, karedok, lalap, sayur asem, sayur lodeh, ikan asin, bajigur, bandrek, cente manis, talam, bugis, lontong isi/bacang lemper, lumpia, opak, keripik, acar nila atau mas, pepes tahu, gehu dan banyak lagi.

C. Interaksi Masyarakat dengan Obyek Wisata

Interaksi yang terjalin pada obyek wisata ini merupakan interaksi positif berupa kerja sama. Gagasan pariwisata berdasarkan potensi dan dukungan serta gagasan yang ada untuk mewujudkan Kabupaten Sumedang menjadi daerah wisata yang dapat diunggulkan maka dicarilah lahan yang dapat dijadikan kawasan wisata dengan lokasi yang tidak terlalu jauh dari kota atau pusat pemerintahan. Pelaksanaan gagasan sesuai dengan hasil pertimbangan dan pengamatan lapangan, maka ditemukanlah area lahan desa seluas 16.25 ha di Desa Sukajaya Kecamatan Sumedang Selatan yang lokasinya hanya 2 km dari Pemda Sumedang dengan kondisi tanah tandus, gersang, sedikit popohonan, dan kekuarangan sarana dan prasarana baik jalan, air, maupun listrik serta belum dimanfaatkan areal perbukitan secara optimal sebagai penghubung antara dusun di desa tersebut. Dengan kesepakatan Desa Sukajaya Kecamatan Sumedang Selatan dan Pemerintahan Kabupaten Sumedang serta izin dari Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat maka dimulailah rencana pengembangan kawasan wisata tersebut dengan nama Kawasan Wisata Kampung Toga yang berasal dari kata Kampung Tanaman Obat Keluarga atau apotik hidup, sesuai dengan situasi di kawasan tersebut yang terdapat banyak tumbuhan dengan khasiat obat.
Dari awal pembangunan sudah terlihat adanya kerja sama yang sinergis dari pencetus, masyarakat sekitar, dan juga pemerintahan daerah baik di tingkat Kabupaten maupun di tingkat Provinsi. Begitu pula kini kerjasama masih terjalin dengan baik, apalagi melihat potensi wisatawan yang dapat mendapatangkan pendapatan bagi masyarakat kian berpeluang besar. Masyarakat sekitar turut andil dalam memajukan obyek wisata ini sebagai sumber daya manusianya. Ada yang bekerja sebagai pengelola, penjaga keamanan, petugas kebersihan, penjual makanan dan minuman, tukang parkir, tukang karcis, trainer-trainer outbond dan bahkan masyarakat sekitar yang tidak turut langsung dalam bidang pekerjaan disana tetap memberikan kontribusi yang positif bagi kemajuan obyek wisata ini. Misalnya petani atau warga sekitar yang ada disana, dengan bersikap ramah tamah terhadap pengunjung atau menunjukan jalan apabila ada yang tersesat ketika berekreasi.
Dampak bagi masyarakat sekitar tentu tidak selamanya positif, terdapat dampak negatif yang dihasilkan diantaranya norma-norma masyarakat setempat yang mulai bergeser. Dengan maraknya villa yang tentu tidak semua penghuninya merupakan suami istri menyebabkan penyimpangan sosial mudah saja terjadi pada daerah ini. Belum lagi para remaja yang seringkali menghabiskan waktu di daerah perbukitan yang masih sepi memungkinkan terjadinya tindakan kriminal dan asusila yang sulit dihindari. Tentu peran pengendali sosial sangat dibutuhkan disini baik itu merupakan tokoh masyarakat maupun aparat penegak hukum, agar lokasi wisata potensial ini dapat terus berkembang maju.


Fasilitas Kampung TOGA Yang saat ini masih aktif :
- Kolam Renang / Water Boom
- Villa
- Resto meeting room
- Outbond